Budi Daya 22 Komoditas Laut Untuk Konsumsi Lokal Dan Ekspor

ISBN: 978- 979- 29 - 24
Kategori: Buku DRM
Penerbit: Andi
978- 979- 29 - 24
Dibaca: 0 kali
Potensi sumber daya perikanan laut Indonesia, baik penangkapan (capture) maupun budi daya (culture) sangat besar. Di masa yang akan datang, potensi perikanan budi daya sangat prospektif untuk dikembangkan. Ini karena kegiatan perikanan tangkap tidak dapat diekspansi lagi, mengingat stok sumber d...

Potensi sumber daya perikanan laut Indonesia, baik penangkapan (capture) maupun budi daya (culture) sangat besar. Di masa yang akan datang, potensi perikanan budi daya sangat prospektif untuk dikembangkan. Ini karena kegiatan perikanan tangkap tidak dapat diekspansi lagi, mengingat stok sumber daya perikanan tangkap telah dieksploitasi secara optimum (full fishing), bahkan berlebihan (over

fishing).

Budi daya perairan atau akuakultur (aquaculture) menjadi tulang punggung produksi perikanan nasional di masa depan, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor. Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan potensi pasar bagi produksi budi daya perairan. Di samping itu, biota-biota akuatik yang dibudidayakan merupakan komoditas bernilai jual tinggi di pasar internasional, sehingga tidak sulit menembus pasar ekspor.

Di antara biota akuatik yang bernilai jual tinggi dan telah dibudidayakan adalah biota laut, baik ikan maupun non-ikan. Biota laut non-ikan yang bernilai jual tinggi dan merupakan komoditas ekspor, di antaranya adalah udang (Penaeus, Litopenaeus), tiram mutiara (Pinctada, Pteria), sotong (Sepioteuthis), karang hias (Acropora, Montipora), kima (Tridacna, Hippopus), abalon (Haliotis), rajungan (Portunus), lobster (Penulirus), kepiting bakau (Scylla), teripang (Holothuria), dan rumput laut (Kappaphycus/Euchema, Gracillaria).

Dengan demikian, biota laut non-ikan di atas merupakan komoditas potensial dan prospektif yang dapat dikembangkan melalui kegiatan budi daya untuk peningkatan pendapatan masyarakat, terutama nelayan dan petani ikan, penyediaan lapangan kerja, dan pemasukan devisa daerah dan negara. Pengembangan budi daya perairan, termasuk budi daya biota laut non- ikan, akan mengimbangi kegiatan penangkapan. Biota-biota laut yang telah berhasil dibenihkan secara terkontrol, benihnya tidak hanya digunakan untuk kegiatan pembesaran, tetapi juga untuk restoking untuk mengembalikan populasi biota tersebut di habitatnya. Restoking akan menjadi usaha tersendiri yang dikenal dengan istilah peternakan laut (sea ranching/marine ranching). Dengan cara ini kegiatan budi daya menjadi komplementer dengan kegiatan penangkapan.

Penulisan buku berjudul Budi Daya 22 Komoditas Laut ini adalah bagian dari upaya mendorong budi daya laut atau marikultur, khususunya biota laut non-ikan. Buku ini diharapkan mengisi kekosongan pustaka praktis dalam budi daya laut, khususnya biota non-ikan yang memang masih sangat terbatas.

Buku ini adalah buku teknis-praktis yang ditulis untuk panduan/ pegangan bagi praktisi yang bergerak dalam budi daya biota laut non- ikan, seperti petani ikan, teknisi, penyuluh, tenaga pendamping, fasilitator/pelatih, dan pengusaha/calon pengusaha. Karena itu, bagi yang ingin menambah wawasan terkait marikultur, terutama informasi yang prinsipil dan teoretis, disarankan untuk membaca buku saya yang lain, Marikultur Pnnsip dan Praktik Budi Daya Laut (Lily Publisher, Yogyakarta, 2010). 

Tulis ulasan
Silakan login atau mendaftar untuk memberikan ulasan

Belum ada ulasan untuk buku ini.